Sabtu, 10 Maret 2012

Tercipta Untukmu


Aku sadar, tak kan ada lagi KESEMPATAN KEDUA. Walaupun hati ini sangatlah KEHILANGAN. Aku memang salah, 100% SALAH. Namun di SAAT TERAKHIR ini, ingin sekali ku ucapkan padamu JANGAN PERNAH BERUBAH.
MASIH ingatkah kau, SEMUA TENTANG KITA? Dulu, KAU BUAT AKU TERSENYUM, namun sekarang kau buatku BERHENTI BERHARAP. Kini ku berfikir, YA SUDAHLAH, TAK ADA YANG ABADI di dunia ini. Sebenaarnya, jika kau tahu, AKU SAKIT mendengar ORANG BILANG kau menghabiskan HARI BERSAMANYA.
Aku mencoba tuk keluar dari CINTA GILA ini, aku mencoba tuk sadar. Tapi ARTI HADIRMU semakin membuat SAKIT HATIku. Salahkah jika ku MASIH MENUNGGUMU? SEBERAPA PANTASkah dirimu kutunggu? Taukah kau tentang LUKAKU?
MUDAH SAJA bagimu meninggalkanku. Tapi harus kusadari bahwa ini adalah SEBUAH KENYATAAN. Mengapa begitu susah untuk ku UNGKAPKAN? Mengapa begitu sulit ku MELEPASMU? Tau kah kau, jujur aku INGIN HILANG INGATAN tentangmu.
Aku LELAH menghadapi CINTA BEGINI, hatiku terluka KAU KHIANATI. ANDAI SAJA kau tahu, ini semua TAK KAN BERARTI. Sekarang kita seperti AIR DAN API, yang tak kan pernah bisa bersatu lagi. AKU KECEWA dengan sikapmu, hingga AKAL SEHAT ini tak mampu lagi menerima KEHADIRANMU.
Memang PAHIT rasanya menghadapi kenyataan. SAAT KAU PERGI aku hanya bisa meneteskan air mata. Aku tahu, aku hanyalah MANUSIA biasa yang hanya bisa menahan PERIH dan KECEWA RASA INI. Dan akupun tahu, kaulah sang PEMAIN CINTA yang tak pernah peduli dengan rasaku. Tapi kini kucoba tuk TETAP BERTAHAN diantara beribu PENANTIAN.
HINGGA SAATNYA KAN TIBA…
Karena sekarang,
JALANMU BUKAN JALANKU…
Karena sekarang,
Aku hanya ingin kita menjadi TEMAN BIASA..
Andai saja RASAKU INI RASAMU…

 

Jumat, 24 Februari 2012

Tangisku dan Diamku

Ya Allah..
Sungguhpun aku menangis
Itu bukan karna ku tak mampu lagi bersabar akan uji-Mu
Ya Allah..
Sungguhpun aku terdiam
Bukan pula karna ku tak mau lagi berhubungan dengan hamba-Mu
Ya Allah..
Pasti Engkau lebih mengetahui tentangku
Melebihi pengetahunku sendiri tentang diriku
Ya Allah..
Tangisku dan diamku
Bukan karena ku menyerah ataupun pasrah
tapi tangisku dan diamku
adalah tuk menanti janji-Mu
merindu Surga-Mu
karna ku yakin..
Semua kan indah pada saatnya
karna ku yakin..
Keindahan kan datang pada masanya

Cukup Cintai dalam Diam

Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan keikhlasan…
Ketika cinta kini hadir tidaklah untuk Yang Maha Mengetahui saat secercah rasa tidak lagi tercipta untuk Yang Maha Pencipta izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba…mungkinkah dengan ridha-Nya atau hanya mengundang murka-Nya…

Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allahmaka ia pun berhilir hanya kepada Allah..
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat:49)
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, danorang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelakidan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akanmemampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ” (QS. An Nuur: 32)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmuisteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasatenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berfikir. ” (QS. Ar-Ruum:21)
Tapi jika memang kelemahan masih nyata dipelupuk matamaka bersabarlah… berdo’alah… berpuasalah…
” Wahai kaum pemuda,siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untukmenikah,maka menikahlah,sesungguhnya menikah itu memelihara mata,danmemelihara kemaluan,maka bila diantara kamu belum sanggup untukmenikah,berpuasalah,karena ssungguhnya puasa tersebut sebagaipenahannya ” (Hadist)
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatuperbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. ” (QS. Al Israa’ :32)

Cukup cintai ia dalam diam…
bukan karena membenci hadirnya…tapi menjaga kesuciannya bukan karena menghindari dunia…tapi meraih surga-Nya bukan karena lemah untuk menghadapinya…tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup..

Cukup cintai ia dari kejauhan…
karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaankarena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangankarena hadirmu mungkin saja ‘kan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga…

Cukup cintai ia dengan kesederhanaan…
memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaanmengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan…

Maka cintailah ia dengan keikhlasan
karena tentu kisah fatimah dan ali bin abi thalib diingini oleh hati…tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi…?

“…boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat burukbagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ” (QS. AlBaqarah:216)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, danlaki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), danwanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-lakiyang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yangdituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduhitu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS.An Nuur:26)
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan…
karena tiada yang tahu rencana Tuhan…mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan
karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan…serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya…

10 Kisah Cinta Paling Indah Sepanjang Masa

1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”
2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: “Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,”
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, “Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?” Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, “Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!”
3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar.”
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.
6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.’
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
“Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?”
“Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan,” kata Abu Thalhah.
“Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam,” tukas Ummu Sualim tandas.
“Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?” tanya Abu Thalhah.
“Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri,” tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, “Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya.”
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, “Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya.”
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, “Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya.” Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Dictengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata “Astagfirullah”
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini”.
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
“Assalamualaikum….”
“Waalaikumsalam wr.wb.”. Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
“Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua”. tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. “Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan.”Baiklah pak, saya mau.”
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
“Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?”
Pak tua itu diam sejenak. “Belum.”
Pemuda itu terhenyak. “Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu.”
“Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi.”
“Apa itu pak tua?”
“Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?”
“Ya, aku mau.” jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. “Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak…dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
“Baiklah pak, aku mau.”
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
“Ayahanda…siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?”
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. “Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu.”
Pemuda itu tampak bingung. “Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?”
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. “Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat.”
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: “Subhanallah…..”
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
10. Zulaikha dan Yusuf As.
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: “Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia.”
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

Kisah Cinta Salman Al-Farisi

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. 

Seorang wanita Anshar yang

dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil
tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah
pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan
pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.


Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat
kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki
adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia
berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang
pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi
Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak
hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.


”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya.
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa
cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru
tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.


”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang
Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah
memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang
utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai
beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili
saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud
Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua,
shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini
bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak
jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi
isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan
segala debar hati.


”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata
sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang
datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami
menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki
urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”


Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah.
Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu
mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu
alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan
persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu
yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang
belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia
bicara.


”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan
ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”
???


Cinta tak harus memiliki
Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki
apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran
tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih,
merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa
dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah,
dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang
yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang
kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Jumat, 10 Februari 2012

Salah!!!

Salah!!!

Jangan pernah menyalahkanku
Ataupun menyalahkan keadaan
Saat ku bersama dia, dia dan dia
Karena dia adalah "sahabatku"
Karena dia lebih bisa membantuku
Karena dia selalu ada untukku
Bukan juga maksudku menyalahkanmu
Dan juga bukan ku tak mengenalmu
Aku tahu dirimu
Aku tahu tentangmu
Tentu aku tau itu
Tapi saat ini kukatakan
Mungkin kau belum bisa menjadi
Seorang "sahabat" seperti dia
Seorang yang benar-benar mengerti keadaanku
Dan skali lagi ku katakan..
Dia adalah "sahabatku"
Jangan lagi salahkanku..



nb: untuk seorang yang terasa jauh disana..

Gundukan Hitam, Bukit Asam

Gundukan Hitam, Bukit Asam
-Perjalanan ke Lampung part II-

Inilah Pulau Sumatera!!!
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 5,5 jam, tibalah kami di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Perjalanan darat kembali dilanjutkan dengan tujuan hotel Amarta Agung Indah yang berlokasi di Jl. Trans Sumatera-Bakauheuni.
            09.50 WIB
Rabu, 1 Februari 2012

[hotel Amarta]
            Akhirnya tiba juga di hotel Amarta. Sekedar menurunkan barang-barang bawaan, mencari kamar dan sedikit melemaskan badan setelah 8 jam menempuh perjalanan panjang. Tanpa mandi, perjalanan kembali dilanjutkan. Tujuan hari ini adalah studi lapangan ke perusahaan batubara Bukit asam dan perusahaan Indofood cabang Lampung.
            10.30 WIB
Bus melaju meninggalkan hotel menuju PT.Bukit Asam. kurang dari setengah jam perjalanan, tibalah kami di perusahaan batubara Bukit Asam. Kamipun disambut oleh beberapa staf perusahaan dan kemudian dipersilahkan untuk memasuki gedung serba guna (GSG). Di GSG ini kami mendengarkan presentasi tentang PT.BA dari mulai sejarah, proses produksi dan lain sebagainya. Ngantuk? Iyalaah, saya sudah mulai tak konsentrasi mendengarkan presentasi. Untung saja acara dalam GSG tak berlangsung lama. Dilanjutkan dengan studi lapangan melihat langsung proses produksi. Dan semangatpun datang kembali. Dengan bus perusahaan, dari kantor PT.BA kami melanjutkan perjalanan ke area penghancuran batubara.
[area penghancuran batubara]
Hitam. Semua serba hitam. Gundukan hitam bak bukit dengan ketinggian lebih dari 5 meter (maaf saya sotoi). Itulah batubara. Menuruni bus, sinar matahari menyengatkulit, semakin panas. Disini saya menyadari bahwa ternyata Sumatra begitu panas.
            Proses pertama yang kami lihat setelah menuruni bus adalah bongkar muatan batubara yang dibawa oleh KA Babaranjang (batubara rangkaian panjang) yang didatangkan dari pusat pertambangan batubara di Tanjung Enim, sumatera selatan. Dan disinilah saya baru mengetahui bahwa ternyata tak ada proses pertambangan di area bukit asam ini, yang ada hanyalah proses penghancuran batubara dari bongkahan-bongkahan besar menjahi bongkahan kecil berukuran 100 mili.
            “Tak ada kimia apapun, kami hanya menghancurkan untuk kemudian di distribusikan” kata seorang pemandun kami.
Tiba-tiba ada panggilan berkumpul, kami disuruh menaiki bus lagi. Saya kira acara lapangan telah usai, tapi ternyata bus melaju menuju pelabuhan Tarahan, terlihat laut begitu luas di depan sana.
[pelabuhan Tarahan]
            Inilah pelabuhan yang sengaja dibangun untuk mendistribusikan batubara yang telah di hancurkan. Ternyata 80% hasil produksi didistribusikan untuk industry lokal terutama untuk menyuplai kebutuhan batubara PLTU Suralaya yang berada di prop. Banten. Dan baru 20% sisanya di ekspor ke beberapa negara seperti Jepang, China, Taiwan, Malaysia, Pakistan dan india. Sekitar pukul 12.30 WIB kami melanjutkan kunjungan ke Indofood. Sampai disini, saya belum mendapatkan apa yang sesungguhnya saya inginkan.

Minggu, 05 Februari 2012

Itu Sumatera!!!

 Itu Sumatera!!!
-perjalanan ke Lampung part 1-

     Ini cerita tentang perjalanan Gycen ke ujung selatan pulau Sumatera. Yak, propinsi Lampung lebih tepatnya. Studi kolaboratif terakhir di Insan Cendekia, semoga menjadi salah satu kenangan yang tak terlupa.
langsung saja...
Selasa, 31 Januari 2012
[di sekolah]
Berasa nggak ada beban. Padahal ada 2 ulangan. Pikiran entah kemana. Benar-benar galau, ingin hari itu cepat berlalu. Alhamdulillahnya, guru-guru menyadari kegalauan para muridnya. Jadi sore itu, nggak ada yang namanya INTENSIF buat kelas 3. Seneng? iyalah...
     Hari itu benar-benar hari supersibuk, sibuk nyiapin segalanya buat esok. Studi Kolaboratif terakhir. Ada yang bantuin guru-guru bungkusin makanan, ada yang packing-packing barang dan lain sbagainya. Yang saya critakan barusan adalah kegiatan para siswi yang bisa dikata rajin (m'muji siswi karena saya siswi). tapi entah para siswa pada ngapain, kata-katanya sih pada maen bola, entah bner ato nggak.
     Malam rabu.. smakin mendekati hari Rabu. banyak aktivitas dilakukan untuk sekedar menghabiskan waktu malam. Sebagian tertidur lelap sebagian tetap terjaga hingga hari berganti, Menunggu Pagi....dan tibalah saatnya...
     00.01 WIC
Rabu, 1 Februari 2012
[asrama gd.H]
Hari pertama di bulan Februari, kali pertama bangun tengah malam tuk sekedar mandi. Kurang kerjaan? Oh...tidak...ini namanya persiapan yang sempurna. Hahaha..Dan tibalah saatnya dimana kami berkumpul di masjid untuk shalat tahajud bersama sebelum keberangkatan menuju pulau Sumatera.
[lapangan upacara]
Tiga bus pariwisata terlihat mewah di tengah gelapnya lapangan upacara. Berbeda 180 drajat dengan bus yang digunakan untuk homestay ke Purwakarta. ya iyalaaaah...Setelah mencari tempat duduk, tujuan berikutnya adalah KOPINMA. Ramai? tentu saja..
     kembali ke lapangan upacara. Pengarahan, cek peserta, serta do'a bersama telah dilaksanakan. Tibalah waktunya memasuki bus dan meninggalkan kampus Insan Cendekia.
     02.00 WIB
Kami pergi untuk kembali....
[beberapa menit kemudian]

krik..krik.. sepi
Semua kembali terlelap dalam indahnya mimpi. Begitu pula dengan saya. Tiba-tiba bus berhenti, terasa udara dalam bus dingin menusuk tulang. Ternyata kami telah tiba di pelabuhan merak, kala itu waktu menunjukkan pukul 04.20.

Lama kami menunggu, akhirnya bus kamipun memasuki kapal penyebrangan selat Sunda. Kapal Menggala tepatnya.
            Tujuan utama pagi itu setelah memasuki kapal adalah mencari mushola. Tentunya untuk melaksanakan kewajiban subuh. Ternyata mushola ada di puncak kapal. Sambil menunggu mengambil wudhu, saya dan beberapa teman berjalan berkeliling kapal. Subhanallah.. indah sekali alam ciptaan-Nya. Kami bisa melihat dengan jelas indahnya alam dari atas sana.

[di tengah laut, Selat Sunda]
Hari itu cuaca benar-benar bersahabat. Tak ada gelombang besar, tak ada hujan dan awan hitam. Terlihat sunrise yang begitu menawan dari ufuk timur. Itulah, saat-saat matahari mulai menyingsingkan sinarnya. Sinar yang berusaha menembus gumpalan awan pagi. Mencari celah tuk bangkitkan kehidupan. Pagi yang indah.
Tak terasa, pelabuhan Bakauheuni telah nampak di depan mata. Tugu selamat datang Lampung nampak begitu kokoh di atas daratan sana. Dan…
07.30 WIB
[pelabuhan Bakauheuni]
            Kapal kamipun tiba di pelabuhan Bakauheuni. Sebelum kembali ke bus, kami berfoto bersama se-angkatan, yang kemudian dilanjutkan dengan foto kelas masing-masing. Kapalpun kemudian merapat ke pelabuhan. Bus kami mengantre kluar bersama dengan truk-truk besar. Di ujung sana, Pulau Jawa sudah tak terlihat. Dan inilah tanah Sumatera… akhirnya..

Minggu, 22 Januari 2012

Hidup Bukan Tentang Itu

HIDUP BUKAN TENTANG ITU

Hidup ini bukan tentang mengumpulkan nilai. Bukan tentang hartamu, uangmu, parasmu, pakaian atau apapun yang kau punya. Hidup ini bukan tentang apakah kau memiliki banyak teman, ataukah kau seorang diri. Dan bukan pula tentang apakah kau diterima atau tidak oleh lingkunganmu. Hidup bukanlah tentang itu semua.
Namun…inilah hidup
Hidup adalah tentang siapa yang kau cinta dan siapa yang telah kau sakiti. Tentang bagaimana perasaanmu, tentang bagaimana kau memperlakukan dirimu sendiri dan orang lain. Bagaimana caramu menghargai dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Tentang kepercayaan, kebahagiaan dan kasih saying. Hidup adalah tentang menghindari rasa cemburu, mengatasi rasa tak peduli dan membangun kepercayaan. Tentang apa yang kau maksudkan dan apa yang kau katakan.
Hidup adalah tentang menghargai orang apa adanya dan bukan karena apa saja yang dimilikinya. Dan yang terpenting, hidup ini adalah tentang memilih menggunakan hidupmu untuk menyentuh orang lain dengan cara yang tak bisa digantikan dengan cara lain. Hidup adalah tentang siapa dirimu dan apa yang akan kau lakukan sehingga orang akan menhingatmu dalam setiap pilihan dan langkahmu, baik buruk semua tergantung apa yang telah kau lakukan.
            Dan hidup adalah tentang pilihan-pilihan itu…

Kata seorang teman..

Hidup itu pilihan.
Jadi,
lo milih hidup bahagia
apa sedih?

``asfa92``

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More